The Roots of Hope : World of Peace (Bahasa)




Manusia hidup dengan adanya sebuah harapan. Harapan merupakan hasil termurni yang dimiliki setiap manusia selama dia hidup. Harapan untuk hidup tenang, harapan untuk kesuksesan, harapan untuk hidup lebih panjang, harapan untuk anak mereka, dan sebagainya.
Harapan merupakan akar dari adanya sebuah kepercayaan. Mulai dari peradaban sebelum masehi seperti suku Aztec atau Mesir Kuno, hidup dengan adanya kepercayaan terhadap dewa yang memberikan mereka keselamatan dan kemakmuran. Lalu, apakah sebuah harapan menjadi sebab adanya kepercayaan, atau kepercayaan merupakan produk yang terbuat karena manusia mencari harapan ?.

Adat dan agama menjadi harapan akan manusia yang memberi mereka identitas. Identitas untuk mencapai harapan yang lebih baik menurut mereka. Identitas pada akhirnya membuat sebuah batas terhadap manusia lainnya. Politik, Teritori dan Negara hanya merupakan sebuah produk identitas oleh harapan dari dalam diri manusia.


Lalu, apakah harapan yang benar akan memiliki batas ? apakah harapan yang benar akan memiliki identitas ?


Arsitektur menjadi salah satu produk identitas, bagaimana peran arsitektur sebagai benda fisik yang diterima kasat mata untuk menyadarkan manusia akan identitas. Identitas membangun batas, batas membangun teritori, teritori membangun negara, dan negara membangun politik.
Apa yang terjadi bila semua hal tersebut melebur ? tidak ada identitas, tidak ada teritori, tidak ada negara, dan tidak ada politik. Satu hal yang tetap kami percaya bahwa manusia selalu membutuhkan sebuah harapan selama dia hidup dibumi.


Apakah Harapan dapat memberi produk yang lebih baik untuk seluruh manusia ?


Kembali ke cerita awal penciptaan manusia, Tuhan memberikan sebuah tujuan kepada manusia selama mereka hidup dibumi, yaitu beranak cuculah dan bertambah banyak penuhilah bumi dan taklukanlah itu. Berkuasalah atas semuah hewan dibumi.


What if that's the only thing for us to know while living the earth ?


Bagaimana bila manusia memiliki hope yang sama, tujuan hidup yang sama ? apakah teritori masih dibutuhkan ? apakah sebuah negara dibutuhkan ? apakah identitas masih dibutuhkan ?
Konsep tersebut menjadi pemahaman bagi kami untuk membangun sebuah cerita fiktif, bukan sebagai jawaban tetapi sebagai sebuah alternatif dari realitas yang sudha terbangun sekarang ini.


Dunia yang menyampingkan negara, teritori, politik, adat, dan agama setelah kelima hal tersebut telah ada dan telah nyata.


Bumi yang semakin lama semakin memburuk dengan adanya Global Warming, Pencemaran Lingkungan, Iklim yang memburuk, ego manusia akan identitas menjadi salah satu inti permasalahan bumi yang makin memburuk. Manusia yang bersatu untuk menyelamatkan bumi, untuk masa depan anak cucu mereka, menjadi hal yang mungkin dibangun sebagai sebuah 'Harapan' baru untuk manusia tetap hidup dibumi.








CHAPTER 1 : WHAT IS HOPE ?



Manusia harus sadar terhadap apa itu harapan! , bagaimana membuat produk yang lebih baik dari adanya sebuah harapan.





Harapan tinggal disetiap hati manusia, keluar dengan produk yang berbeda, dan menghasilkan respons yang berbeda.




Teritori, Negara, Politik, Adat, dan Agama hanya merupakan produk harapan yang membuat identitas yang justru membatasi manusia berhubungan dengan manusia lain.





Seluruh dunia harus bersatu untuk menyelesaikan permasalahan yang sama, untuk mencapai tujuan yang sama, dengan harapan yang sama.





CHAPTER 2 : BUILDING HOPE



Harapan baru yang terbangun merupakan hasil persatuan keinginan manusia untuk masa depan, yaitu sebuah rasa damai. Damai bukan sesuatu yang terbangun secara instan. Damai merupakan sebuah perasaan yang terbangun karena adanya rangkaian pengalaman yang membentuk sebuah rasa, hingga mencapai apa yang disebut dengan rasa damai.



Peace terjadi karena adanya rasa Happiness, Gratitude, Equality, dan Freedom. Setiap rasa juga memiliki rangkaian pengalaman untuk mencapai rasa tersebut. Pengalaman dibangun dari sesuatu yang telah ada, namun dengan tujuan yang menyatukan, yaitu untuk mencapai sebuah rasa damai.



Pada akhirnya, sebuah program kegiatan dibuat sebagai rangkaian pengalaman untuk mencapai rasa Happiness, Gratitude, Equality dan Freedom. Namun, program kegiatan tersebut tidak dapat dicapai hanya dengan skala yang kecil dan denga pihak yang sedikit, sehingga dibutuhkan keterlibatan seluruh negara, persatuan seluruh negara untuk mencapai hal tersebut.



 CHAPTER 3 : THE PROGRAM

Untuk mencapai rasa damai dibutuhkan pengalaman dalam menjalani suatu kegiatan untuk membuat rasa yang timbul alami dari diri manusia.

Kembali ke titik awal dimana harapan merupakan suatu keinginan akan mencapai sesuatu yang akan datang secara alami dari dalam diri manusia.

Keempat perasaan tersebut disusun dari kegiatan yang sudah familiar oleh manusia dengan harapan manusia yang melakukan kegiatan itu dapat mencapai perasaan yang mendekati dengan perasaan damai. Perasaan tersebut yaitu Happiness, Gratitude, Equality, dan Freedom.

Untuk memunculkan perasaan tersebut kita dapat kembali ke titik yang paling mendasar untuk manusia tetap hidup yaitu...

Kegiatan Makan

Manusia membutuhkan makan selama dia hidup tanpa menyadari terdapat proses yang panjang dari sebuah makanan yang sampai ke tangan pembeli untuk dikonsumsi. Menanam, memelihara, merawat hingga makanan dalam bentuk mentah terbuat. Pengantaran makanan kepada pihak ketiga untuk diperjual belikan. Pengolahan makanan oleh pemasak hingga menjadi makanan siap saji, hingga sampai ditempat pembeli yang ingin memakan makanan tersebut.

Mengetahui rangkaian yang panjang bagaimana makanan terbuat, diolah, diantar, dimasak, memberi arti lebih dan makna lebih dari sekedar sebuah makanan.

Dari masing – masing kegiatan tersebut dapat menyampaikan perasaan yang membentuk sebuah kedamaian, dengan mengamati dan turut serta dalam kegiatan menghasilkan sebuah makanan.




 CHAPTER 4 : GRATITUDE, FREEDOM, EQUALITY, HAPPYNESS

Gratitude

Dalam proses pengadaan makanan, bagian pertama adalah menanam untuk kemudian dipanen oleh manusia. Dalam proses memelihara tanaman untuk dimakan, terdapat sebuah ‘Greater Power’ yang membuat tanaman dapat tumbuh dengan baik. Manusia mampu melakukan sesuatu untuk membuat tanaman bertumbuh, tetapi tidak dapat memilih tumbuhan tersebut akan bertumbuh dengan seperti apa dan dengan cara yang seperti apa.

Proses ini menimbulkan rasa kepasrahan oleh manusia setelah manusia melakukan yang terbaik, terdapat aspek lain yang akan mempengaruhi hasil dari pekerjaannya.

Bersyukur terhadap sesuatu yang berjalan baik dengan menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan dari apa yang dia lakukan dan adanya sentuhan ‘Greater Power’ yang membuat semua hal dapat terjadi dengan semestinya.

Manusia belajar untuk bersyukur atas apa yang dia punyai dan dengan apa yang ia dapat untuk pada akhirnya mampu merasakan damai.





GRATITUDE












Freedom

Dalam proses pembuatan makanan, juga terdapat proses pengiriman barang mentah kepada pembeli. Proses pengiriman dipengaruhi oleh waktu saat makanan tersebut siap panen, hingga siap diantar, dan dengan waktu yang tepat untuk sampai kepada pembeli. Dari proses setelah menunggu tanaman siap panen dan pada akhirnya dapat diantar, terdapat sebuah perasaan bebas. Kebebasan dari kegiatan yang dilakukan, yang kemudian mengantarkan makanan tersebut.

Proses ini menimbulkan sebuah perasaan kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan yang didapat setelah melakukan kegiatan, namun didasari dengan tanggung jawab yang tetap berlaku.

Manusia belajar untuk menggunakan kebebasan dengan benar dan tanggung jawab yang ada didalamnya untuk pada akhirnya mampu merasakan damai.

FREEDOM


Equality

Dalam proses pembuatan makanan, terdapat proses memasak atau mengolah makanan, dari yang mentah ke makanan siap hidang. Proses memasak membutuhkan waktu dan tenaga yang dilakukan oleh seseorang sebagai proses menghasilkan sesuatu yang baik untuk orang lain. Dari proses itu, terdapat sebuah perasaan kesamaan dalam hal yang ditujukan. Pemasak tidak memilih makanan tersebut akan ditujukkan kepada pihak tertentu, tetapi fokus yang dilakukan lebih terhadap bagaimana dia selalu dapat memberikan yang terbait tanpa memandang bulu.

Proses ini menimbulkan sebuah perasaan pengorbanan yang sama terhadap setiap manusia dengan tanpa memandang latar belakang, fisik, agama, dst. Melakukan sesuatu dengan maksimal kepada siapapun yang membutuhkan.

Manusia belajar untuk melakukan segala sesuatu sebaik – baiknya untuk orang lain, tanpa memandang latar belakang mereka, untuk akhirnya mampu merasakan damai.

EQUALITY


Happyness

Dalam proses mengolah makanan diakhiri dengan menikmati maknanan tersebut. Makanan yang telah diproses mencapai tujuan akhir dihadapan manusia yang membeli dan ingin menikmatinya, baik untuk kepenuhan jasmani ataupun sebagai sebuah kenikmatan.

Proses ini menimbulkan sebuah perasaan kegembiraan akan sesuatu yang dinanti dan hal tersebut telah berjalan dengan baik hingga ke titik akhir.

Manusia belajar untuk bergembira, merasakan kesenangan dari sesuatu yang telah selesai. Merasakan sebuah kesenangan yang merupakan hasil dari proses yang panjang, untuk akhirnya mampu merasakan damai.

Rangakaian pengalaman tersebut dilakukan untuk dapat mencapai perasaan damai yang tercipta dalam menggapai HOPE yang terbuat. Harapan dari diri manusia hidup karena adanya perasaan damai didalam dirinya.


HAPPINESS




CHAPTER 5 : THE ARCHITECTURE

Arsitektur berperan sebagai identitas dan batas oleh manusia dengan manusia lainnya.

Arsitektur sebagai hasil dari ketidaknyamanan manusia terhadap manusia lain. Lalu, bagaimana arsitektur yang ada sekarang ? disaat manusia sudah merasa damai ?

Arsitektur sebagai identitas tidak lagi berarti di narasi ini.
Arsitektur bukan lagi sebagai bahasa identitas untuk membuat batas dengan orang lain.
Arsitektur sebagai sesuatu yang netral, dengan bahasa yang dipahami oleh setiap manusia di dunia.

Everyday Things

Manusia menerima gelas sebagai gelas, mangkuk sebagai mangkuk, tempat teh sebagai tempat teh. Mereka dapat menerima sesuatu yang umum dilihat, dan dipahami oleh seluruh manusia.

Bangunan tidak perlu lagi berperan sebagai identitas yang mewakilkan Negaranya
Bangunan tidak perlu lagi berperan sebagai identitas yang mewakilkan Agama
Bangunan tidak perlu lagi berperan sebagai identita syang mewakilkan Teritori
Bangunan sebagai suatu bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia.

Mungkin, hanya itu sajalah peran Arsitektur disaat semua identitas, ideologi, agama, dan negara melebur. Untuk mencapai sebuah harapan yang baru.

Sebagai sebuah bangunan.
















The Roots of Hope : World of Peace
1st Winner Best Visual ArchProject Architecture Competition

Kolaborasi dengan Birgita dan Bijak
2019


Comments

Popular posts from this blog

Decrypting Pasar Baru

Floating Market Baiton Inn

Deconstructive Architecture Development